Monday, August 2, 2010

Hanyut

Bila terhenti bicara sendiri,
Mata menjadi satu saksi untuk meneka
Setiap langkah pada bahu takdir,
Pada rona warna dunia,
Seperti kosong tiada warna,
Hitam, putih…



Pada lapangan jalan kehidupan,
Ada manik-manik usaha mencari arah,
Untuk kembali semula seketika,
Kehilangan sempadan antara jiwa dan budi,
Umpama selautan kasih yang mati,
Terdampar,
Menanti di pukul ombak gelisah,
Dihanyutkan terus-terusan,
Sehingga lemas,
Sukar untuk bernafas.


Dalam nada separuh waras,
Mengakui,
Cinta itu memoir kehidupan,
Sebuah picisan dalam perca-perca
Sedih dan gembira,
Berpaut pada akar-akar dusta dan maksiat,
Pekat dan sarat,
Merangsang kudrat,
Membuka hakikat.


Panorama malam ini,
Suatu kebisuan yang terlampau,
Imbasan satu persatu persoalan,
Dalam penantian dan keinginan,
Untuk menatap,
Sekelumit kasih yang hilang,
Walaupun masih dalam pandangan,
Hanya air mata bisa dirembas,
Mengharap simpati,
Memeluk hati,
Mendodoikan cinta.


Mushesa

No comments:

Post a Comment