Monday, August 2, 2010

Kesepian

Dan kesepian itu adalah peneman setia,
Sebagai sahabat sejati, dari hari ke hari,
Semakin lama semakin kerap menemani
Sebuah hati yang sepi,
Meminta untuk berlindung pada ruang kecil


Hati yang semakin membeku dari
Musim ke musim.
Yang tinggal hanyalah serpihan duka,


Sebuah kedukaan yang amat mendalam,
Bergelora umpama lautan antartika,
Terbentang luas dan terbenam sedalamnya.
Kudrat yang semakin longlai,
Berpaling dari hajat sebenar kehidupan,
Membelakangi norma-norma,


Namun,
Pada Tuhan kuasa yang mampu
Menghapuskan sendu-sendu keresahan,
Dalam pautan kasih sayang dan doa.


Kadangkala terikat pada perasaan keliru,
Bermain dalam drama ilusi sebuah realiti,
Menari dengan irama tarian mistik kehidupan,
Berpura-pura dalam senyuman yang direka.
Adanya, dengan kesepian yang kian membelenggu,
Menyukarkan pergerakan sebuah minda,
Umpama dilitupi,
Bait-bait percintaan antara hakiki dan ilusi,
Ternyata,
Akhirnya terjerumus dalam kancah yang rapuh,
Sebuah kesesatan jiwa.


Jalan yang tinggal,
Antara sedar atau kematian,
Peninggalan sebuah harapan yang bakal lebur,
Apabila tiang paksi rentangan persoalan,
Tiba pada kesimpulan sebenar,
Permainan harus dihentikan,
Kepuraan harus dimatikan,
Biar dukanya sebesar zarah sekalipun,
Ia tetap dipanggil luka,
Sengsara juga mampu membalas setiap
Ruang tangis seketika bermimpi,


Kudrat ini,
Mengharapkan ada sinar pada persoalan akan datang,
Mengharap kedukaan bukanlah milik yang abadi,
Mengharap sebuah cinta dengan keikhlasan dari Tuhan,
Sebuah keredhaan,
Sebuah pandangan sufi…

 

Mushesa

No comments:

Post a Comment