Monday, August 2, 2010

Mantera

Di antara tembok-tembok besar,
Berada dalam satu lingkungan ruang,
Sempit, dingin, perasaan yang kian bertamu,
 
Kadangkala,
Gema suara beralun, acapkali
Jeritan kesakitan menerpa.
Dalam ruangan yang kian padat,
Mendapan zarah demi zarah,
Giat getar permukaan dihempas asakan gentar,
Gementar tangis dalam lohong,
Dan lorong kian bergegak- gempita
Seraya,
Meracau khalifah.
 
Antara dua tembok itu,
Punya kisah takdir berbeza,
Esak-esak sendu tangis,
merancak tiap puitis alunan mantera,
membutakan kedua belah mata,
mendodoikan semesta yang gairah,
dalam munafik suara
jahiliah.
 
Tujuh petala langit,
Mengundang pemanah petir halilintar,
Menjulang sebuah obor kemerahan,
Tanda-tanda satu penghinaan,
Kemurkaan dibalik tabir
Langit yang hitam,legap
Dan kemerah-merahan
Merubah alam durjana.
 
Tiap baris demi baris
Suratan takdir,
Tidak terjangkau minda,
Tidak terpalit sebuah cerita ceria,
Hanya sekadar peneman sengsara,
 
Mushesa

No comments:

Post a Comment